Tinggalkan komentar

Sejarah Topeng Sidakarya (bag.3)

Perjalanan – Perjalanan Brahmana Keling

Dalam buku Babad Sidakarya karangan I Nyoman Kantun, S.H. MM dan Drs. I Ketut Yadnya terbitan PT Upada Sastra pada tahun 2003, diceritakan bahwa Brahmana Keling melakukan perjalanan ke Madura, Bali, dan terakhir menuju Badanda Negara atau Sidakarya sekarang. Berikut ini adalah riwayat perjalanan beliau.

c. Perjalanan Brahmana Keling ke Badanda Negara(Sidakarya sekarang)

Singkat cerita sampailah Brahmana Keling di Badanda Negara yaitu di Desa Sidakarya sekarang. Badanda Negara berasal dari kata Badanda yang berarti Padanda atau pandan (pohon berduri) dan Negara berarti Wilayah, maka Badanda Negara berarti Pandan Negara atau suatu wilayah dimana banyak tumbuh pohon pandan dan sejenisnya. Di pesisir selatan kerajaan Badung banyak ditumbuhi dengan pohon pandan, jeruju, serta bakau, oleh karena itu  daerah pesisir ini lumrah disebut dengan Badanda Negara atau Pandan Negara. Di sana beliau membuat pesanggrahan / pesraman sebagaimana layaknya seorang Brahmin.

Situasi Kerajaan Gelgel dan Seluruh Jagat Bali

Sepeninggal Brahmana Keling dari Pura Besakih, tidak berapa hari suasana jagat Bali terutama kerajaan Gelgel dan sekitarnya berangsur – angsur menampakkan situasi yang tidak mengenakkan. Seperti ucapan Sang Brahmana Keling dalam kutukannya, semua pohon – pohonan yang berguna bagi pelaksanaan karya Eka Dasa Rudra di Besakih seperti kelapa, pisang, padi, sayuran, dan sebagainya semua layu. Buah – buahan berguguran, wabah dan hama seperti ulat, tikus, dan lain – lain semakin banyak dan ganas menyerang tanaman – tanaman petani. Bumi seketika menjadi kering kerontang, wabah penyakit (gerubug) menyerang penduduk. Terjadi pertengkaran antar pengayah yang disebabkan oleh hal – hal yang sepele, hingga keadaan menjadi kacau balau.

Oleh karena itu, pelaksanaan karya urung dilaksanakan, karena sudah tidak memungkinkan untuk diteruskan. Melihat kenyataan seperti itu, Dang Hyang Nirartha diperintahkan oleh Dalem Waturenggong melakukan upacara pembasmian, bahkan dengan dilakukannya tapa semadi oleh Dang Hyang Nirartha seakan – akan tidak mempan, bahkan terkesan masalah semakin menjadi – jadi. Semua keadaan serba menyedihkan. Akhirnya Ida Dalem sendiri yang turun tangan. Pada suatu malam Dalem Waturenggong mengadakan Tapa Semadi di Pura Besakih. Beliau mendapatkan pewisik dari ida Betara yang berstana di Pura Besakih, bahwa Dalem Waturenggong telah berdosa karena mengusir saudaranya sendiri secara hina dan hanya Brahmana Kelinglah yang dapat mengembalikan keadaan seperti sedia kala.

Setelah mendapatkan petunjuk berupa pawisik, esok harinya Dalem Waturenggong langsung memanggil perdana menterinya yaitu Arya Kepakisan (Gusti Agung Petandakan) serta memanggil para patih lainnya seperti Arya Pengalasan, Arya Ularan, dan lainnya termasuk para punggawa untuk mengadakan siding. Dalam Sidang tanpa agenda tersebut, diputuskan agar menjemput Brahmana Keling yang pernah diusir sebelumnya secepatnya karena hanya beliau yang dapat mengembalikan keadaan seperti sedia kala. Dikatakan juga bahwa beliau (Brahmana Keling) sedang berada di Badanda Negara yaitu di pesisir selatan Kadipaten Badung. PAda waktu itu yang menjadi Anglurah (Raja) di Badanda Negara (Badung) adalah I Gusti Tegeh Kori dari Dinasti Tegeh Kori.

Singkat cerita berangkatlah rombongan yang ditugaskan untuk menjemput Brahmana Keling ke Badanda Negara. Pertama – tama mereka menuju Kerajaan Tegeh Kori untuk meminta petunjuk  lebih lanjut. Akhirnya mereka diarahkan untuk menuju Pandan Negara (Pesisir Selatan Kerajaan Badung yang menjadi Sidakarya sekarang). Sesampainya rombongan di Pandan-Negara, bertemulah mereka dengan Brahmana Keling. Mereka langsung menghaturkan sembah sujud mohon ampun sekaligus menceritakan tentang maksud kedatangan mereka menghadap beliau. Sesuai dengan perintah Dalem Waturenggong, Brahmana Keling diminta untuk bersedia datang kehadapan Dalem Waturenggong sesegera mungkin. Sesudah mereka bercerita, Brahmana Keling mempersilahkan mereka untuk kembali ke Kerajaan Gelgel lebih dulu, Brahmana Keling akan menyusul kemudian.

Tinggalkan komentar